Dalam agama hindu bagi umat manusia mempunyai cara terlahir dari kehidupan.
Jika saya terlahir dari orang tua harus memiliki agama hindu. Dalam kitab sucinya orang terlahir harus mempunyai cara beragama yg teratur. Dalam ini orang yg beragama hindu jujur sebagai umat hindu. Contohnya sembahyang 3x sehari, mengikuti upacara agama & saling menghargai umatnya.
Itulah cara saya terlahir sebagai orang yg beragama hindu.
Tentang Informasi Mengenai Masyarakat Bali, Prestasi Siswa/i Bali, Sejarah & Informasi Kebudayaan dan Profil Penduduk Bali Saat Ini.
Selasa, 16 Agustus 2016
Mengapa saya terlahir sebagai seorang yang beragama hindu?
Kamis, 04 Agustus 2016
Dewa Ganesha
Banyak kisah tentang kelahiran Dewa Ganesha, dari kisah yang menyangkut dengan gajah Dewa Indra dan kisah tentang Dewa Ganesha yang terlahir dari kesaktian Dewi Parwati. Berikut paparan kisah singkat kelahiran Dewa Ganesha menurut Shiva Purana.
"Dalam masa Sveta Varaha Kalpa, dikisahkan bahwa Jaya dan Wijaya merupakan sahabat Dewi Parwati mendiskusiksn tentang hasrat Dewi Parwati. Atas saran kedua sahabat tersebut, Dewi Parwati menciptakan seorang putra dari debu tubuh kosmiknya yang akan direncanakan untuk memimpin semua Gana Shiva, dan seraya berkata :
“Harus ada putraku yang harus menunaikan tugasnya dengan sangat cermat. Ia tidak mesti mematuhi perintah – Ku”.
Dengan Sankalpa-Nya, lahirlah seorang putra yang diberi namaGanesha. Lalu Dewi Parwati berpesan kepada putranya :
“Mulai saat ini dan seterusnya jagalah pintu masuk – Ku dan jangan sekali mengijinkan siapapun yang masuk tanpa ijin- Ku."
Saat itu Dewi Parwati memberikan sebuah senjata ampuh untuk menjaga pintu masuk. Setelah itu Dewi Parwati meninggalkan tempat tinggalnya untuk mandi mensucikan diri. Tiba – tiba Dewa Shiva datang yang berkeinginan untuk masuk ketempat tinggal-Nya, namun di hadang oleh Ganesha sesuai dengan pesan ibunya yang melarang siapapun yang masuk tanpa ijin dari Dewi Parwati. Ganesha tidak tahu siapa Dewa Shiva sesungguhnya. Atas tindakan Ganesha tersebut maka Dewa Shiva menjadi murka dan berkata :
“Ini tempat tinggal-Ku dan Dewi Parwati adalah istri-Ku, siapakah engkau melarang Aku masuk?”.
Tanpa basa- basi terjadilah pertempuran dimana Dewa Shiva dibantu oleh semua Gana, Dewa Brahma,Dewa Wisnu serta para dewa yang dipimpin Dewa Indra dan para Maharsi mengeluarkan masing-masing senjata-Nya. Dewa Shiva mengeluarkan Tri Sula-Nya dan Dewa Wisnu menciptakan kabut ilusi dan memecahkan senjata Ganesha dengan Cakra-Nya dan akhirnya kesempatan baik itu digunakan Dewa Shiva untuk memenggal kepala Ganesha.
Dengan kematian Ganesha kesedihan Dewi Parwati memuncak yang menyebabkan Dewa Shiva menjadi iba dan berjanji akan mencarikan kepala apa saja yang ditemui-Nya di daerah bagian selatan. Dewa Shiva menuju arah selatan dan bertemu dengan raksasa kegelapan yang bernama Gajasura yang berkepala gajah dan memenggal leher raksasa Gajsura yang saat itu tertidur lelap. Kemudian Dewa Shiva membawa kepala Gajasura tersebut dan memasangkannya kepada Ganesha. Akhirnya setelah Ganesha hidup kembali semua para dewa menganugrahi semua kekuatan (Bhudi, Shakti, Siddhi) kepada Ganesha dan Dewi Parwati berkata :
“Oh putraku, Engkau akan menerima puja pertama dari semua dewa lainnya. Semua rintangan akan dilenyapkan bila orang menyembah-Mu."
Dan dewa Shiva pun menganugerahinya dengan bersabda :
“Oh putraku Ganesha, siapapun yang memuja-Mu dengan tulus dan bhakti baik dengan nyanyian atau tindakan pelayanan akan mencapai keberhasilan dari semua usaha yang dilakukannya, Semua halangan akan dilenyapkan."
"Dalam masa Sveta Varaha Kalpa, dikisahkan bahwa Jaya dan Wijaya merupakan sahabat Dewi Parwati mendiskusiksn tentang hasrat Dewi Parwati. Atas saran kedua sahabat tersebut, Dewi Parwati menciptakan seorang putra dari debu tubuh kosmiknya yang akan direncanakan untuk memimpin semua Gana Shiva, dan seraya berkata :
“Harus ada putraku yang harus menunaikan tugasnya dengan sangat cermat. Ia tidak mesti mematuhi perintah – Ku”.
Dengan Sankalpa-Nya, lahirlah seorang putra yang diberi namaGanesha. Lalu Dewi Parwati berpesan kepada putranya :
“Mulai saat ini dan seterusnya jagalah pintu masuk – Ku dan jangan sekali mengijinkan siapapun yang masuk tanpa ijin- Ku."
Saat itu Dewi Parwati memberikan sebuah senjata ampuh untuk menjaga pintu masuk. Setelah itu Dewi Parwati meninggalkan tempat tinggalnya untuk mandi mensucikan diri. Tiba – tiba Dewa Shiva datang yang berkeinginan untuk masuk ketempat tinggal-Nya, namun di hadang oleh Ganesha sesuai dengan pesan ibunya yang melarang siapapun yang masuk tanpa ijin dari Dewi Parwati. Ganesha tidak tahu siapa Dewa Shiva sesungguhnya. Atas tindakan Ganesha tersebut maka Dewa Shiva menjadi murka dan berkata :
“Ini tempat tinggal-Ku dan Dewi Parwati adalah istri-Ku, siapakah engkau melarang Aku masuk?”.
Tanpa basa- basi terjadilah pertempuran dimana Dewa Shiva dibantu oleh semua Gana, Dewa Brahma,Dewa Wisnu serta para dewa yang dipimpin Dewa Indra dan para Maharsi mengeluarkan masing-masing senjata-Nya. Dewa Shiva mengeluarkan Tri Sula-Nya dan Dewa Wisnu menciptakan kabut ilusi dan memecahkan senjata Ganesha dengan Cakra-Nya dan akhirnya kesempatan baik itu digunakan Dewa Shiva untuk memenggal kepala Ganesha.
Dengan kematian Ganesha kesedihan Dewi Parwati memuncak yang menyebabkan Dewa Shiva menjadi iba dan berjanji akan mencarikan kepala apa saja yang ditemui-Nya di daerah bagian selatan. Dewa Shiva menuju arah selatan dan bertemu dengan raksasa kegelapan yang bernama Gajasura yang berkepala gajah dan memenggal leher raksasa Gajsura yang saat itu tertidur lelap. Kemudian Dewa Shiva membawa kepala Gajasura tersebut dan memasangkannya kepada Ganesha. Akhirnya setelah Ganesha hidup kembali semua para dewa menganugrahi semua kekuatan (Bhudi, Shakti, Siddhi) kepada Ganesha dan Dewi Parwati berkata :
“Oh putraku, Engkau akan menerima puja pertama dari semua dewa lainnya. Semua rintangan akan dilenyapkan bila orang menyembah-Mu."
Dan dewa Shiva pun menganugerahinya dengan bersabda :
“Oh putraku Ganesha, siapapun yang memuja-Mu dengan tulus dan bhakti baik dengan nyanyian atau tindakan pelayanan akan mencapai keberhasilan dari semua usaha yang dilakukannya, Semua halangan akan dilenyapkan."
Dewa Wisnu
Dalam Trimurti Agama Hindu, Dewa Wisnu merupakan personifikasi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam kapasitas Beliau sebagai pemelihara alam semesta.
Dewa Wisnu merupakan Dewa paling tinggi di dalam tradisi Waisnawa. Pengikut Adi Shankara memposisikan Beliau sebagai salah satu dari lima Dewa Utama. Beliau dipuja sebagai Dewa Tertinggi (Tuhan Yang Maha Esa) dalam weda Sruti seperti Taittiriya Shakha dan the Bhagavad Gita. Shakti Beliau adalah Dewi Laksmi, yang dikenal sebagai Dewi penguasa kemakmuran dan wahana Beliau adalah burung Garuda.
Vishnu Sahasranama menyatakan Beliau adalah Paramatma (Jiwa tertinggi) dan Parameshwara (Dewa tertinggi). Juga mendeskripsikan sebagai esensi utama dari semua bentuk, yang menguasai masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, serta pencipta dan pelebur segalanya, yang menunjang alam semesta serta melahirkan semua element di dalamnya.
Di dalam Purana, Beliau digambarkan memiliki warna ilahi yang gelap, empat lengan, memegang bunga teratai, terompet, cakra dan gada. Beliau juga digambarkan dalam Bhagavad Gita memiliki wujud yang universal (Vishvarupa) yang berada diluar imajinasi manusia.
Purana juga menggambarkan Beliau sebagai Dasavatara. Sembilan sudah turun ke dunia, yang terakhir akan turun di akhir jaman Kaliyuga. Dewa Brahma menyanjung Beliau dalam Vishnu Sahasranamam sebagai "Sahasrakoti Yuga Dharine", yang berarti inkarnasi Beliau terjadi dalam setiap Yuga. Bhagavad Gita menggambarkan tujuan inkarnasi Beliau untuk melindungi yang saleh, membinasakan/menyadarkan yang jahat serta menegakkan Dharma. Dalam agama Hindhu, Beliau dipuja secara langsung ataupun melalui wujud inkarnasi Beliau (seperti Krishna, Rama).
Matsyawatāra – Sebagai ikan (matsya), Wişņu meolong Manu, yaitu manusia pertama, untuk menghindarkan diri dari air bah yang menelan dunia.
Kurmawatāra – Sebagai kura-kura (kurma), Wişņu berdiri di atas dasar laut menjadi alas bagi Gunung Mandara yang dipakai oleh para dewa untuk mengaduk lautan dalam usaha mereka mendapatkan amrta atau air penghidup.
Warahawatāra – Ketika dunia ditelan laut dan ditarik ke dalam kegelapan patala (dunia bawah), Wişņu menjadi babi hutan (waraha) dan mengangkat dunia kembali ke tempatnya. Dalam wujud Beliau juga membinasakan Hiranyaksa, seorang raksasa yang lalim.
Narasimhawatāra – Hiranyakasipu, seorang raksasa, dengan sangat lalimnya menguasai dunia. Kesaktiannya yang luar biasa menjadikan ia tak dapat dibununh oleh dewa, manusia, maupun binatang, tak dapat mati di waktu siang dan juga malam. Maka, untuk memberantasnya, Wişņu menjelma menjadi singa-manusia (narasimha) dan dibunuhnya Hiranyakasipu pada waktu senja.
Wamanawatāra – Wişņu menjelma sebagai orang kerdil (wamana) dan meminta kepada Daitya Bali yang denagn sangat lalim memerintah dunia supaya kepadanya diberikan tanah seluas tiga langkah. Setelah diizinkan maka dengan tiga langkah (tiwikrama) ini ia menguasai dunia, angkasa, dan surga. Di sini tampak Wişņu sebagai Dewa Matahari, yang “menguasai” dunia dengan tiga langkahnya; waktu terbit, waktu tengah hari, dan waktu terbenam.
Paraçuramawatāra – Wişņu menjelma sebagai Rama bersenjatakan kapak (paraçu) dan menggempur golongan ksatria sebagai balas dendam terhadap penghinaan yang dialami oleh ayahnya, seorang brahmana, dari seorang raja (kasta ksatriya). Tampak suatu “reaksi” terhadap revolusi zaman Upanisad.
Ramawatāra – Rama titisan Wişņu ini adalah yang terkenal dari cerita Ramayana. Yang mengancam kerselamatan dunia adalah Rawana atau Dasamukha.
Kŗşnawatāra – Kŗşna ini terkenal dari Mahābhārata, sebagai raja titisan Wişņu yang membantu para Pandawa menuntut keadilan dari para Kurawa.
Budha Awatara - Dalam wujud Beliau sebagai Sang Sidharta Gautama, Beliau menegakkan Dharma dengan menyebarkan ajaran welas asih dan kasih sayang kepada semua mahluk di dunia.
Kalkya/Kalkiawatāra – Keadaan dunia saat ini sangat buruk dan akan tiba saatnya nanti kejahatan itu akan mencapai puncaknya, sehingga dunia terancam kemusnahan. Pada saat itulah maka Wişņu akan menjelma sebagai Kalki dan dengan menunggang kuda putih dan membawa pedang terhunus ia akan menegakkan kembali keadilan dan kesejahteraan di atas dunia ini.
Langganan:
Postingan (Atom)